Pengaruh budaya barat Belanda
Portugis serta Jepang atas kebudayaan Indonesia tidak dapat dihindari. Pengaruh
barat terutama dari Portugis dan Belanda sudah bahkan sudah berlangsung sejak
abad ke-16.
1. Pengaruh Belanda di
Indonesia
Saat ini seringkali muncul stereotype bernada
negatif atas budaya Barat. Di Indonesia, budaya Barat disebar seiring kekuasaan
kolonial. Barat yang dimaksud di dalam tulisan ini adalah Negara-negara Eropa,
terutama Belanda, yang melakukan kolonisasi atas kepulauan nusantara. Kendati
demikian, terdapat pengaruh Barat tertentu yang terus membekas di dalam
struktur kebudayaan Indonesia hingga kini. Misalnya sistem pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu komponen nonmaterial kebudayaan yang punya
peran signifikan dalam melestarikan suatu budaya. Selain pendidikan, mekanisme
administratif pemerintahan Belanda juga punya pengaruh tersendiri atas
pembentukan sistem sosial (politik) Indonesia.
Sekolah, sebagai basis proses pendidikan
formal Indonesia saat ini, merupakan wujud nyata membekasnya pengaruh Belanda.
Peserta didik dibagi ke dalam lokal-lokal menurut rombongan belajar, di setiap
kelas peserta didik duduk dalam beberapa banjar menghadap ke depan, dan guru
berdiri di muka kelas selaku narasumber utama belajar. Ini serupa dengan
struktur kelas di dalam gereja sejak masa skolastik Eropa. Namun, sistem
persekolahan Belanda awalnya bersifat segregatif. Ada sekolah khusus Belanda
dan Eropa seperti Europesche Lagere School (ELS), untuk Tionghoa semisal
Hollands Chinese School, ataupun Indlansche School untuk pribumi.
Ciri umum sistem pendidikan Belanda adalah
pembagian jenjang pendidikan berdasarkan tahun. Misalnya suatu jenjang
pendidikan dasar ditempuh selama lima atau enam tahun dan lanjutannya selama
tiga tahun. Selain itu, terdapat prasyarat usia sebelum seorang peserta didik
dimasukkan ke jenjang pendidikan tertentu. Sistem pendidikan barat di Indonesia
lebih serius digarap Belanda sejak abad ke-18 dan semakin tegas tatkala Politik
Etis diberlakukan tahun 1911 lewat tokoh liberalnya, Van Deventer. Sebelum
Politik Etis, tujuan pembentukan sistem pendidikan Belanda bagi orang Indonesia
sekadar untuk menyediakan tenaga ahli yang murah untuk mengerjakan administrasi
kolonial. Ini guna mengantisipasi meluasnya wilayah kekuasaan Belanda.
2. Pengaruh Portugis di
Indonesia
Pengaruh Portugis di Indonesia berkisar antara
pengaruh agama, kesenian (utamanya musik), ataupun bahasa. Selain bangunan,
orang Portugis yang pernah datang membangun koloni ataupun sekadar transit
dagang di Indonesia, juga mendirikan pemukiman. Ini misalnya Tugu di Jakarta
Utara di mana orang Portugis dan turunannya membentuk koloni. Kendati kini
menipis jumlahnya, dari wilayah tersebut dikenal beberapa budaya semisal musik
Kroncong Tugu sebagai bentuk seni musik Portugis.
Kesenian. Victor Ganap menyatakan musik
keroncong berasal dari musik Portugis abad ke-16 yang disebut fado, berasal
dari istilah Latin yang berarti nasib.[7] Musik ini tadinya populer di lingkungan
perkotaan Portugis (sekarang Portugal). Fado sendiri awalnya adalah nyanyian
(mornas) yang dibawa para budak negro dari Cape Verde, Afrika Barat ke Portugis
sejak abad ke-15.
Bahasa, Beberapa kosa kata Indonesia diambil
dari bahasa Portugis. Kosa kata ini misalnya biola (viola), meja (mesa),
mentega (manteiga), pesiar (passear), pigura (figura), pita (fita), sepatu
(sapato), serdadu (soldado), cerutu (charuto), tolol (tolo), jendela (janela),
algojo (algoz), bangku (banco), bantal (avental), bendera (bandeira), bolu
(balo), boneka (boneca), armada, bola, pena, roda, ronda, sisa, tenda, tinta,
dan masih banyak lagi.
Agama, Denys Lombard menulis, umat Kristen
tertua Indonesia adalah Katolik. Komunitas awal mereka terbangun di lokasi mana
orang Portugis mendirikan gereja pertama mereka.[10] Tidak seperti Filipina
atau Vietnam, jumlah orang Kristen Indonesia secara proporsional selalu
minoritas. Tahun 1510, Portugis menguasai Goa (India). Di sana mereka dirikan
pangkalan dagang, instalasi militer, dan pusat misi. Tahun 1511, mereka
berhasil mencapai Malaka dan Nopember 1511, Portugis berangkat dari Malaka ke
Maluku, tepatnya Kepulauan Banda. Mereka tiba tahun 1512. Saat Portugis datang,
penduduk Banda telah menganut agama Islam.
3. PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM
Sejarah mencatat, kepulauan-kepulauan Nusantara
merupakan daerah yang terkenal sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di
dunia. Hal tersebut membuat banyak pedagang dari berbagai penjuru dunia datang
ke Nusantara untuk membeli rempah-rempah yang akan dijual kembali ke daerah
asal mereka. Termasuk para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat.
Selain berdagang, para
pedagang muslim tersebut juga berdakwah untuk mengenalkan agama Islam kepada penduduk
lokal.
Teori-Teori Masuknya Islam ke Indonesia
Menurut beberapa sejarawan, agama Islam baru masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang muslim. Meskipun begitu, belum diketahui secara pasti sejak kapan Islam masuk ke Indonesia karena para ahli masih berbeda pendapat mengenai hal tersebut.
Teori-Teori Masuknya Islam ke Indonesia
Menurut beberapa sejarawan, agama Islam baru masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang muslim. Meskipun begitu, belum diketahui secara pasti sejak kapan Islam masuk ke Indonesia karena para ahli masih berbeda pendapat mengenai hal tersebut.
Setidaknya
ada tiga teori yang mencoba menjelaskan tentang proses masuknya Islam ke
Indonesia yaitu teori Mekkah, teori Gujarat, dan teori Persia.
Proses Masuknya Islam di Indonesia
Proses masuknya islam ke Indonesia dilakukan secara damai dengan cara menyesuaikan diri dengan adat istiadat penduduk lokal yang telah lebih dulu ada. Ajaran-ajaran Islam yang mengajarkan persamaan derajat, tidak membeda-bedakan si miskin dan si kaya, si kuat dan si lemah, rakyat kecil dan penguasa, tidak adanya sistem kasta dan menganggap semua orang sama kedudukannya dihadapan Allah telah membuat agama Islam perlahan-lahan mulai memeluk agama islam
Proses masuknya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai dan dilakukan dengan cara- cara sebagai berikut.
Proses masuknya islam ke Indonesia dilakukan secara damai dengan cara menyesuaikan diri dengan adat istiadat penduduk lokal yang telah lebih dulu ada. Ajaran-ajaran Islam yang mengajarkan persamaan derajat, tidak membeda-bedakan si miskin dan si kaya, si kuat dan si lemah, rakyat kecil dan penguasa, tidak adanya sistem kasta dan menganggap semua orang sama kedudukannya dihadapan Allah telah membuat agama Islam perlahan-lahan mulai memeluk agama islam
Proses masuknya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai dan dilakukan dengan cara- cara sebagai berikut.
- Melalui Cara Perdagangan
Indonesia dilalui oleh
jalur perdagangan laut yang menghubungkan antara China dan daerah lain di Asia.
Letak Indonesia yang strategis ini membuat lalu lintas perdagangan di Indonesia
sangat padat padat dilalui oleh para pedagang dari seluruh dunia termasuk para
pedagang muslim. Para pedagang muslim ini banyak bermukim di daerah pesisir
pulau Jawa dan Sumatera yang penduduknya masih menganut agama Hindu. Para
pedagang ini mendirikan masjid dan mendatangkan para ulama dan mubalig untuk
mengenalkan nilai dan ajaran Islam kepada penduduk lokal.
- Melalui Perkawinan
Bagi masyarakat
pribumi, para pedagang muslim dianggap sebagai kelangan yang terpandang. Hal
ini menyebabkan banyak penguasa pribumi tertarik untuk menikahkan anak gadis
mereka dengan para pedagang ini. Sebelum menikah, sang gadis akan menjadi
muslim terlebih dahulu. Pernikahan secara muslim antara para saudagar muslim
dengan penguasa lokal ini semakin memperlancar penyebaran Islam di Nusantara.
- Melalui Pendidikan
Pengajaran dan
pendidikan Islam mulai dilakukan setelah masyarakat islam terbentuk. Pendidikan
dilakukan di pesantren ataupun di pondok yang dibimbing oleh guru agama, ulama,
ataupun kyai. Para santri yang telah lulus akan pulang ke kampung halamannya
dan akan mendakwahkan Islam di kampung masing-masing.
- Melalui Kesenian
Wayang adalah salah
satu sarana kesenian untuk menyebarkan islam kepada penduduk lokal. Sunan
Kalijaga adalah salah satu tokoh terpandang yang mementaskan wayang untuk
mengenalkan agama Islam. Cerita wayang yang dipentaskan biasanya dipetik dari
kisah Mahabrata atau Ramayana yang kemudian disisipi dengan nilai-nilai Islam.
a.
Kerajaan Perlak
Perlak adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak
adalah sebuah kerajaan dengan masa pemerintahan cukup panjang. Sultan bernama
asli Saiyid Abdul Aziz pada tanggal 1 Muhharam 225 H dinobatkan menjadi Sultan
Kerajaan Perlak. Setelah pengangkatan ini, Bandar Perlak diubah menjadi Bandar
Khalifah.Kerajaan ini mengalami masa jaya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum
Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662 H/1225-1263 M). Pada
masa pemerintahannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat terutama dalam
bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiah. Sultan mengawinkan dua
putrinya: Putri Ganggang Sari (Putri Raihani) dengan Sultan Malikul Saleh dari
Samudra Pasai serta Putri Ratna Kumala dengan Raja Tumasik (Singapura
sekarang). Perkawinan ini dengan parameswara Iskandar Syah yang kemudian
bergelar Sultan Muhammad Syah. Perlak merupakan kerajaan yang sudah maju. Hal
ini terlihat dari adanya mata uang sendiri. Mata uang Perlak yang ditemukan
terbuat dari emas (dirham), dari perak (kupang), dan dari tembaga atau
kuningan.
b.
Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al-saleh dan
sekaligus sebagai raja pertama pada abad ke-13. Kerajaan Samudera Pasai
terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhok Semawe sekarang (pantai timur
Aceh). Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra
Pasai. Raja-raja yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.
(1)
Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan
berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan
memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim
yang kuat di Selat Malaka.
(2)
Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326. Pada
masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan Samudra
Pasai.
(3)
Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini
sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri
sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran Islam.
Di
bidang agama, Samudera Pasai menjadi pusat studi Islam. Kerajaan ini menyiarkan
Islam sampai ke Minangkabau, Jambi, Malaka, Jawa, bahkan ke Thailand. Dari
Kerajaan Samudra Pasai inilah kader-kader Islam dipersiapkan untuk
mengembangkan Islam ke berbagai daerah. Salah satunya ialah Fatahillah. Ia
adalah putra Pasai yang kemudian menjadi panglima di Demak kemudian menjadi
penguasa di Banten.
c.
Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh.
Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah
(1514-1528), menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan
berkembangnya Kerajaan Malaka.Para pedagang kemudian lebih sering datang ke
Aceh.Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang).
Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah
kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di
bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku.Sebagai sebuah kerajaan,
Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa pemerintahannya, Aceh
mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah,
Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di samping
itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut
Adat Mahkota Alam.Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang
mampu mengendalikan Aceh. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan
Iskandar Thani (1636- 1641). Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri
Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah mencatat Aceh makin hari makin lemah
akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku, serta antara golongan
aliran syiah dan sunnah sal jama’ah. Akhirnya, Belanda berhasil menguasai Aceh
pada tahun 1904.Dalam bidang sosial, letaknya
yang strategis di titik sentral jalur perdagangan internasional di Selat Malaka
menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam.Terjadilah asimilasi
baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan bermasyarakat,
terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama
Islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17
terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin
as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari Singkil.Keempat ulama ini
sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa.Dalam
kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya. Dengan
menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang
kaya akan sumber daya alam, seperti
beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.
d.
Kerajaan Demak dan
Kerajaan Pajang dengan Peninggalannya
Demak
adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden
Patah ini pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro
yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada
akhir abad ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk berkembang
menjadi kota besar dan
pusat perdagangan. Dengan bantuan para ulama Walisongo, Demak berkembang
menjadi pusat penyebaran agama
Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara.Sebagai kerajaan,
Demak diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak didirikan oleh Raden
Patah (1500-1518) yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Raden Patah
sebenarnya adalah Pangeran Jimbun, putra raja Majapahit. Pada masa
pemerintahannya, Demak berkembang pesat. Daerah kekuasaannya meliputi daerah
Demak sendiri, Semarang, Tegal, Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh di
Palembang dan Jambi di Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan. Karena
memiliki bandar-bandar penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik, Raden
Patah memperkuat armada lautnya sehingga Demak berkembang menjadi negara maritim
yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang Portugis yang pada
saat itu menguasai Malaka. Demak membantu Malaka karena kepentingan Demak turut
terganggu dengan hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan itu gagal.Raden
Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521). Walau ia tidak
memerintah lama, tetapi namanya cukup terkenal sebagai panglima perang yang
berani.Ia berusaha membendung pengaruh Portugis jangan sampai meluas ke Jawa.
Karena mati muda, Adipati Unus kemudian digantikan oleh adiknya, Sultan
Trenggono (1521-1546). Di bawah pemerintahannya, Demak mengalami masa kejayaan.
Trenggono berhasil membawa Demak memperluas wilayah kekuasaannya. Pada tahun
1522, pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah menyerang Banten, Sunda
Kelapa, dan Cirebon. Baru pada tahun 1527, Sunda Kelapa berhasil direbut. Dalam
penyerangan ke Pasuruan pada tahun 1546,
Sultan Trenggono gugur.Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami
kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen,
saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja dan Sunan Prawoto, putra
sulung Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya
Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen.Namun, Arya Penangsang pun kemudian
dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi Adipati di
Pajang. Joko Tingkir (1549-1587) yang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya memindahkan
pusat Kerajaan Demak ke Pajang.Kerajaannya kemudian dikenal dengan nama
Kerajaan Pajang.Sultan Hadiwijaya kemudian membalas jasa para pembantunya yang
telah berjasa dalam pertempuran melawan Arya Penangsang. Mereka adalah Ki Ageng
Pemanahan menerima hadiah berupa tanah di daerah Mataram (Alas Mentaok), Ki
Penjawi dihadiahi wilayah di daerah Pati, dan keduanya sekaligus diangkat
sebagai bupati di daerahnya masing-masing. Bupati Surabaya yang banyak berjasa
menundukkan daerah-daerah di Jawa Timur diangkat sebagai wakil raja dengan
daerah kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya, dan Panarukan.Ketika Sultan
Hadiwijaya meninggal, beliau digantikan oleh putranya Sultan Benowo. Pada masa
pemerintahannya, Arya Pangiri, anak dari Sultan Prawoto melakukan pemberontakan.
Namun, pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh Pangeran Benowo dengan
bantuan Sutawijaya, anak angkat Sultan Hadiwijaya. Tahta Kerajaan Pajang
kemudian diserahkan Pangeran Benowo kepada Sutawijaya. Sutawijaya kemudian
memindahkan pusat Kerajaan Pajang ke Mataram.Di bidang keagamaan, Raden Patah
dan dibantu para wali, Demak tampil sebagai pusat penyebaran Islam. Raden Patah
kemudian membangun sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Demak.Dalam bidang
perekonomian, Demak merupakan pelabuhan transito (penghubung) yang penting.
Sebagai pusat perdagangan Demak memiliki pelabuhan-pelabuhan penting, seperti
Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik.
Bandar-bandar tersebut menjadi penghubung daerah penghasil rempah-rempah dan
pembelinya. Demak juga memiliki penghasilan besar dari hasil pertaniannya yang
cukup besar. Akibatnya, perekonomian Demak berkembang degan pesat.
e.
Kerajaan Mataram dan Peninggalannya
Sutawijaya yang mendapat limpahan Kerajaan Pajang dari
Sutan Benowo kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke daerah kekuasaan
ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, di Mataram. Sutawijaya kemudian menjadi raja
Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin
Panatagama.Pemerintahan Panembahan Senopati (1586-1601) tidak berjalan dengan
mulus karena diwarnai oleh pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang berpusat
di Kotagede (sebelah tenggara kota Yogyakarta sekarang) ini selalu terjadi
perang untuk menundukkan para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan
Mataram, seperti Bupati Ponorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan bahkan Demak. Namun,
semua daerah itu dapat ditundukkan. Daerah yang terakhir dikuasainya ialah
Surabaya dengan bantuan Sunan Giri.Setelah Senopati wafat, putranya Mas Jolang
(1601-1613) naik tahta dan bergelar Sultan Anyakrawati. Dia berhasil menguasai
Kertosono, Kediri, dan Mojoagung. Ia wafat dalam pertempuran di daerah Krapyak
sehingga kemudian dikenal dengan Pangeran Sedo Krapyak.Mas Jolang kemudian
digantikan oleh Mas Rangsang (1613-1645). Raja Mataram yang bergelar Sultan
Agung Senopati ing Alogo Ngabdurracham ini kemudian lebih dikenal dengan nama
Sultan Agung. Pada masa pemerintahannya, Mataram mencapai masa keemasan. Pusat
pemerintahan dipindahkan ke Plered. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Sultan Agung bercita-cita mempersatukan Jawa. Karena merasa sebagai penerus
Kerajaan Demak, Sultan Agung menganggap Banten adalah bagian dari Kerajaan
Mataram. Namun, Banten tidak mau tunduk kepada Mataram. Sultan Agung kemudian
berniat untuk merebut Banten.Namun, niatnya itu terhambat karena ada VOC yang
menguasai Sunda Kelapa. VOC juga tidak menyukai Mataram. Akibatnya, Sultan
Agung harus berhadapan dulu dengan VOC. Sultan Agung dua kali berusaha
menyerang VOC: tahun 1628 dan 1629.Penyerangan tersebut tidak berhasil, tetapi
dapat membendung pengaruh VOC di Jawa.Sultan Agung membagi sistem pemerintahan Kerajaan
Mataram seperti berikut.
(1) Kutanegara, daerah pusat keraton. Pelaksanaan
pemerintahan dipegang oleh Patih Lebet (Patih Dalam) yang dibantu Wedana Lebet
(Wedana Dalam).
(2) Negara Agung, daerah sekitar Kutanegara. Pelaksanaan pemerintahan dipegang
Patih Jawi (Patih Luar) yang dibantu Wedana Jawi (Wedana Luar).
(3) Mancanegara, daerah di luar Negara Agung. Pelaksanaan
pemerintahan dipegang oleh para Bupati.
Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan digantikan oleh
Amangkurat I (1645-1677). Amangkurat I menjalin hubungan dengan Belanda. Pada
masa pemerintahannya. Mataram diserang oleh Trunojaya dari Madura, tetapi dapat
digagalkan karena dibantu Belanda.Amangkurat I kemudian digantikan oleh Amangkurat
II (1677-1703). Pada masa pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram makin
menyempit karena diambil oleh Belanda.Setelah Amangkurat II, raja-raja yang
memerintah Mataram sudah tidak lagi berkuasa penuh karena pengaruh Belanda yang
sangat kuat. Bahkan pada tahun 1755, Mataram terpecah menjadi dua akibat
Perjanjian Giyanti:Ngayogyakarta Hadiningrat (Kesultanan Yogyakarta) yang
berpusat di Yogyakarta dengan raja Mangkubumi yang bergelar Hamengku Buwono I
dan Kesuhunan Surakarta yang berpusat di Surakarta dengan raja Susuhunan
Pakubuwono III. Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan Mataram.Kehidupan sosial
ekonomi Mataram cukup maju. Sebagai kerajaan besar, Mataram maju hampir dalam
segala bidang, pertanian, agama, budaya. Pada zaman Kerajaan Majapahit, muncul
kebudayaan Kejawen, gabungan antara kebudayaan asli Jawa, Hindu, Buddha, dan
Islam, misalnya upacara Grebeg, Sekaten. Karya kesusastraan yang terkenal adalah Sastra Gading karya
Sultan Agung. Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu
yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan
perhitungan bulan.
f.
Kerajaan Banten
Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada
awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak
di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah menantu dari Syarif
Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi
kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah
memiliki 2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran Sabakingkin.
Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon. Pada tahun 1522, Pangeran Saba Kingkin
yang kemudian lebih dikenal dengan nama Hasanuddin diangkat menjadi Raja
Banten.Setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten kemudian melepaskan
diri dari Demak. Berdirilah Kerajaan Banten dengan rajanya Sultan Hasanudin
(1522- 1570). Pada masa pemerintahannya, pengaruh Banten sampai ke Lampung.
Artinya, Bantenlah yang menguasai jalur perdagangan di Selat Sunda. Para
pedagang dari Cina, Persia, Gujarat, Turki banyak yang mendatangi bandar-bandar
di Banten. Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan selain karena
letaknya sangat strategis, Banten juga didukung oleh beberapa faktor di
antaranya jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) sehingga para pedagang muslim berpindah
jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Faktor lainnya, Banten merupakan
penghasil lada dan beras, komoditi yang laku di pasaran dunia.Sultan Hasanudin
kemudian digantikan putranya, Pangeran Yusuf (1570-1580).Pada masa
pemerintahannya, Banten berhasil merebut Pajajaran dan Pakuan.Pangeran Yusuf
kemudian digantikan oleh Maulana Muhammad. Raja yang bergelar Kanjeng Ratu
Banten ini baru berusia sembilan tahun ketika diangkat menjadi raja. Oleh sebab
itu, dalam menjalankan roda pemerintahan, Maulana Muhammad dibantu oleh
Mangkubumi. Dalam tahun 1595, dia memimpin ekspedisi menyerang Palembang. Dalam
pertempuran itu, Maulana Muhammad gugur.Maulana Muhammad kemudian digantikan oleh
putranya Abu’lmufakhir yang baru berusia lima bulan. Dalam menjalankan roda
pemerintahan, Abu’lmufakhir dibantu oleh Jayanegara. Abu’lmufakhir kemudian
digantikan oleh Abu’ma’ali Ahmad Rahmatullah. Abu’ma’ali Ahmad Rahmatullah
kemudian digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692).Sultan Ageng
Tirtayasa menjadikan Banten sebagai sebuah kerajaan yang maju dengan pesat.
Untuk membantunya, Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1671 mengangkat purtanya,
Sultan Abdulkahar, sebagi raja pembantu. Namun, sultan yang bergelar Sultan
Haji berhubungan dengan Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak menyukai hal
itu berusaha mengambil alih kontrol pemerintahan, tetapi tidak berhasil karena
Sultan Haji didukung Belanda. Akhirnya, pecahlah perang saudara. Sultan Ageng
Tirtayasa tertangkap dan dipenjarakan. Dengan demikian, lambat laun Banten
mengalami kemunduran karena tersisih oleh Batavia yang berada di bawah
kekuasaan Belanda.
g.
Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat
dan Jawa Tengah didirikan oleh salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung
Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah.Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi
Cirebon. Ketika Demak mengirimkan pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan)
untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah memberikan
bantuan sepenuhnya. Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah diambil menantu oleh
Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda
Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di
Jayakarta.Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama
Pangeran Pasarean. Inilah raja yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya.
h.
Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan sebenarnya
terdiri atas dua kerjaan:Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu.
Raja Gowa, Daeng Manrabia, menjadi raja bergelar Sultan Alauddin dan Raja
Tallo, Karaeng Mantoaya, menjadi perdana
menteri bergelar Sultan Abdullah. Karena pusat pemerintahannya terdapat di
Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan
Makassar.Karena posisinya yang strategis di antara wilayah barat dan timur
Nusantara, Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki
Indonesia Timur yang kaya rempah-rempah.
Kerajaan Makassar memiliki pelaut-pelaut yang tangguh terutama dari daerah
Bugis. Mereka inilah yang memperkuat barisan pertahanan laut Makassar.Raja yang
terkenal dari kerajaan ini ialah Sultan Hasanuddin (1653-1669).Hasanuddin
berhasil memperluas wilayah kekuasaan Makassar baik ke atas sampai ke Sumbawa dan
sebagian Flores di selatan.Karena merupakan bandar utama untuk memasuki
Indonesia Timur, Hasanuddin bercita-cita menjadikan Makassar sebagai pusat
kegiatan perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini merupakan ancaman bagi
Belanda sehingga sering terjadi pertempuran dan perampokan terhadap armada
Belanda. Belanda kemudian menyerang Makassar dengan bantuan Aru Palaka, raja
Bone. Belanda berhasil memaksa Hasanuddin, Si Ayam Jantan dari Timur itu
menyepakati Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi perjanjian itu ialah:
Belanda mendapat monopoli dagang di Makassar, Belanda boleh mendirikan benteng
di Makassar, Makassar harus melepaskan jajahannya, dan Aru Palaka harus diakui
sebagai Raja Bone.Sultan Hasanuddin kemudian digantikan oleh Mapasomba. Namun,
Mapasomba tidak berkuasa lama karena Makassar kemudian dikuasai Belanda, bahkan
seluruh Sulawesi Selatan.Tata kehidupan yang tumbuh di Makassar dipengaruhi
oleh hukum Islam.Kehidupan perekonomiannya berdasarkan pada ekonomi
maritim: perdagangan dan pelayaran. Sulawesi Selatan sendiri merupakan daerah
pertanian yang subur. Daerah-daerah taklukkannya di tenggara seperti Selayar
dan Buton serta di selatan seperti Lombok, Sumbawa, dan Flores juga merupakan
daerah yang kaya dengan sumber daya alam. Semua itu membuat Makassar mampu
memenuhi semua kebutuhannya bahkan mampu mengekspor.Karena memiliki
pelaut-pelaut yang tangguh dan terletak di pintu masuk jalur perdagangan
Indonesia Timur, disusunlah Ade’Allapialing Bicarana Pabbalri’e, sebuah tata
hukum niaga dan perniagaan dan sebuah naskah lontar yang ditulis oleh Amanna
Gappa.
i.
Kerajaan Ternate dan Tidore
Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri
pada abad ke-13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah
murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau
lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja.Kerajaan yang terletak di Indonesia
Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah.
Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama
cengkih.Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh Protestan
sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh Katolik sangat terasa di
sekitar Maluku bagian selatan.Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang
sangat terkenal bahkan sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik
orang-orang Eropa dan Asia datang ke Nusantara. Para pedagang itu membawa barang-barangnya
dan menukarkannya dengan rempah-rempah. Proses perdagangan ini pada awalnya
menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan berlakunya politik monopoli
perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat. Dalam bidang kebudayaan, pengaruh Islam begitu kental
sekali, baik dalam bahasa, kesusastraan, arsitektur, seni kaligrafi, nama-nama
hari dan orang, seni tarian dan musik. Bagi orang santri, cara berpakaian pun
sangat kental nuansa Timur- Tengahnya.
1. Huruf, Bahasa, dan Nama-Nama Arab
Al-Quran, sebagai
kitab suci Islam, menggunakan bahasa Arab, bahasa-ibu Nabi Muhammad. Dalam
perkembangannya, bahasa Arab digunakan juga oleh para muslim yang non-Arab
dalam berbagai kegiatan agama, terutama shalat dan mengaji (membaca Al-Quran).
Tak jarang seorang muslim yang pandai membaca Al- Quran dakam bahasa Arab namun
ia kurang atau tidak mengerti arti harfiah teks-teks dalam kitab suci tersebut.
Dan memang salah satu hadis menyatakan bahwa sangat diwajibkan bagi setiap
muslim untuk membaca Quran meski orang bersangkutan tak mengetahui arti dan
makna ayat-ayat yang dibacakan (kecuali ia membaca terjemaahannya).Dari
kebiasaan tersebut, pengaruh bahasa Arab lambat laut merambat dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia. Persebarah bahasa Arab ini lebih cepat dari
pada persebaran bahasa Sansekerta karena dalam Islam tak ada pengkastaan,
karena itu dari raja hingga rakyat jelata mampu berbahasa Arab. Pada mulanya
memang hanya kaum bangsawan saja yang pandai meulis dan membaca huruf dan
bahasa Arab, namun pada selanjutnya rakyat kecil pun mampu berbahasa Arab,
setidaknya membaca dan menulis Arab kendati tak begitu paham akan
maknanya.Penggunaan huruf Arab di Indonesia pertama kali terlihat pada batu
nisan di Leran Gresik, yang diduga makam salah seorang bangsawan Majapahit yang
telah masuk Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, pengaruh huruf dan bahasa
Arab terlihat pada karya-karya sastra di wilayah-wilayah yang keislamannya
lumayan kuat seperti di Sumatera, Sulawesi, Makassar, dan Jawa. Penggunaan
bahasa Arab pun berkembang di pesantren-pesanten Islam.Penulisan huruf Arab
berkembang pesat ketika karya-karya yang bercorak Hindu-Buddha disusupi
unsur-unsur Islam. Huruf yang lebih banyak dipergunakan adalah aksara Arab
gundul (pegon), yakni abjad arab yang ditulis tanpa tanda bunyi.Sedangkan
bahasanya masih menggunakan bahasa setempat seperti Melayu, Jawa, dan
bahasa-bahasa ibu lainnya. Sebelum bersentuhan dengan budaya Eropa (Portugis
dan Belanda}, kitabkitab (sastra, hukum, sejarah) ditulis dengan huruf pegon
ini. Di samping melalui kesusatraan, penggunaan bahasa dan huruf Arab terjadi
di kalangan pedagang. Dalam kalender Masehi, nama-nama hari yang berjumlah
tujuh dalam seminggu, di Indonesia menggunakan nama-nama Arab, yakni Senin
(Isnain), Selasa (Sulasa), Rabu (Rauba’a), Kamis (Khamis), Jumat (Jum’at),
Sabtu (Sabt). Enam dari tujuh hari tersebut semuanya berasal dari bahasa Arab,
kecuali Minggu (bahasa Arabnya: Ahad) yang berasal dari Flaminggo dari bahasa
Portugis. Hanya orang-orang tertentu yang menggunakan kata “ahad” untuk hari
Minggu. Pengabadian istilah “minggu” dilakukan oleh umat Nasrani Portugis
ketika melakukan ibadah di gereja pada hari bersangkutan. Selain huruf, sistem
angka (0, 1, 2, 3, dan seterusnya) pun diadopsi dari budaya Arab; bahkan semua
bangsa mempergunakannya hingga kini. Selain nama-nama hari, nama-nama Arab
diterapkan pula pada nama-nama orang, misalnya Muhammad, Abdullah, Umar, Ali,
Musa, Ibrahim, Hasan, Hamzah, dan lain-lain. Begitu pula kosa kata
Arab—kebanyakan diambil dari kata-kata yang ada dalam Al-Quran—banyak yang
dipakai sebagai nama orang, tempat, lembaga, atau kosakata (kata benda, kerja,
dan sifat) yang telah diindonesikan, contohnya: nisa (perempuan), rahmat,
berkah (barokah), rezeki (rizki), kitab, ibadah, sejarah (syajaratun), majelis
(majlis), hebat (haibat), silaturahmi (silaturahim), hikayat, mukadimah, dan
masih banyak lagi. Banyak di antara kata-kata serapan tersebut yang telah
mengalami pergeseran makna (melebar atau menyempit), seiring dengan
perkembangan zaman.
2. Bangunan Fisik (Arsitektur)
Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam
Bentuk bangunan. Surutnya Majapahit yang diikuti oleh perkembangan agama Islam
menentukan perubahan tersebut. Islam telah memperkenalkan tradisi bangunan,
seperti mesjid dan makam. Islam melarang pembakaran jenazah yang merupakan tradisi
dalam ajaran Hindu-Buddha; sebaliknya jenazah bersangkutan harus dimakamkan di
dalam tanah. Maka dari itu, peninggalan berupa nisan bertuliskan Arab merupakan
pembaruan seni arsitektur pada masanya.Islam pertama kali menyebar di daerah
pesisir melalui asimilasi, perdagangan dan penaklukan militer. Baru pada abad
ke-17, Islam menyebar di hampir seluruh Nusantara. Persebaran bertahap ini,
ternyata tidak berpengaruh terhadap kesamaan bentuk arsitektur di seluruh
kawasan Islam. Sebagian arsitektur Islam banyak terpengaruh dengan tradisi
Hindu-Buddha yang juga telah bersatu padu dengan seni tradisional. Persebaran
Islam tidak dilakuan secara revolusioner yang berlangsung secara tibatiba dan
melalui pergolakan politik dan sosial yang dahsyat.Memang, menurut Tome Pires
(De Graaf dan Pigeaud), terdapat penyerbuan secara militer terhadap ibukota
Majapahit yang masih Hindu-Buddha yang dilakukan oleh sejumlah santri dari
Kudus yang dipimpin oleh Sunan Kudus dan Rahmatullah Ngudung atau Undung. (Nama
Kudus diambil dari kata al-Quds atau Baitul Maqdis di Yerusalem, Palestina,
yang merupakan kota suci umat Islam ketiga setelah Mekah dan Madinah). Namun,
secara umumnya proses islamisasi berlangsung dengan damai. Dengan jalan damai
ini, Islam dapat diterima dengan tangan terbuka. Pembangunan tempat-tempat
ibadah tidak sepenuhnya mengadospi arsitektur Timur Tengah. Ada masjid
yang bangunannya merupakan perpaduan budaya Islam-Hindu- Buddha, misalnya
Masjid Kudus—meskipun pembangunannya diragukan, apakah dibangun oleh umat Hindu
atau Islam. Ini terlihat dari menara masjid yang berwujud seperti candi dan
berpatung. Masjid lain yang bercorak campuran adalah Masjid Sunan Kalijaga di
Kadilangu dan Masjid Agung Banten. Atap pada Masjid Sunan Kalijaga berbentuk
undak-undak seperti bentuk atap pura di Bali atau candi-candi di Jawa
Timur.Tempat sentral perubahan seni arsitektur dalam Islam terjadi di pelabuhan
yang meruapkan pusat pembangunan wilayah baru Islam. Sementara para petani di
pedesaan dalam hal seni arsitektur masih mempertahankan tradisi Hindu-Buddha.
Tak diketahui seberapa jauh Islam mengambil tradisi India dalam hal seni,
karena beberapa keraton yang terdapat di Indonesia usianya kurang dari 200
tahun. Pengaruhnya terlihat dari unsur kota.Masjid menggantikan posisi candi sebagai
titik utama kehidupan keagamaan. Letak makam selalu ditempatkan di belakang
masjid sebagai penghormatan bagi leluhur kerajaan. Adapula makam yang
ditempatkan di bukit atau gunung yang tinggi seperti di Imogiri, makam para
raja Mataram-Islam, yang memperlihatkan cara pandang masyarakat Indonesia
(Jawa) tentang alam kosmik zaman prasejarah. Sementara, daerah yang tertutup
tembok masjid merupakan peninggalan tradisi Hindu-Buddha.Terdapat kesinambungan
antara seni arsitektur Islam dengan tradisi sebelum Islam. Contoh arsitektur
klasik yang berpengaruh terhadap arsitektur Islam adalah atap tumpang, dua
jenis pintu gerbang keagamaan, gerbang berbelah dan gerbang berkusen, serta
bermacam unsur hiasan seperti hiasan kaya yang terbuat dari gerabah untuk
puncak atap rumah. Ragam hias sayap terpisah yang disimpan pada pintu gerbang
zaman awal Islam yang mungkin bersumber pada relief makara atau burung garuda
zaman pra-Islam. Namun sayang, peninggalan bentuk arsitektur itu banyak yang
dibuat dari kayu sehingga sangat sedikit yang mampu bertahan hingga kini.
3. Kesusastraan
Karya sastra merupakan alat efektif dalam
penyebaran sebuah agama. Jalur sastra inilah yang ditempuh masyarakat muslim
dalam penyebaran ajaran mereka. Karya-karya sastra bercorak Islam yang ditulis di
Indonesia, terutama Sumatera dan Jawa, awalnya merupakan gubahan atas
karya-karya sastra klasik dan Hindu-Buddha. Cara ini ditempuh agar masyarakat
pribumi tak terlalu kaget akan ajaran Islam. Selanjutnya, tema-tema yang
ada mulai bernuansa Islami seperti kisah atau cerita para nabi dan rasul,
sahabat Nabi, pahlawan-pahlawan Islam, hingga raja-raja Sumatera dan Jawa.
Adakalanya kisah-kisah tersebut bersifat setengah imajinatif; dalam arti tak
sepenuhnya benar.
4. Seni Rupa dan Kaligrafi
Seni rupa dalam dunia Islam berbeda dengan
seni rupa dalam Hindu-Buddha. Dalam ajaran Islam tak diperbolehkan menggambar,
memahat, membuat relief yang objeknya berupa makhluk hidup khususnya hewan.
Maka dari itu, seni rupa Islam identik dengan seni kaligrafi.Seni kaligrafi adalah
seni menulis aksara indah yang merupakan kata atau kalimat. Dalam Islam,
biasanya kaligrafi berwujud gambar binatang atau manusia (tapi hanya Bentuk
siluetnya saja). Ada pula, seni kaligrafi yang tidak berbentuk makhluk hidup,
melainkan hanya rangkaian aksara yang diperindah. Teks-teks dari Al-Quran
merupakan tema yang sering dituangkan dalam seni kaligrafi ini. Sedangkan,
bahanbahan yang digunakan sebagai tempat untuk menulis kaligrafi ini adalah
nisan makam, pada dinding masjid, mihrab masjid, kain tenunan atau kertas
sebagai pajangan atau kayu sebagai pajangan. Selain huruf Arab, tradisi
kaligrafi dikenal pula di Cina, Jepang, dan Korea.
5. Seni Tari dan Musik
Dalam bidang seni tari dan musik, budaya Islam
hingga sekarang begitu terasa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Dalam perjalanannya, kebudayaan Islam sebelum masuk ke wilayah Indonesia telah
dahulu bercampur dengan kebudayaan lain, misalnya kebudayaan Afrika Utara,
Persia, anak Benua India, dan lain-lain. Dan telah menjadi hukum alam, bahwa
setiap tarian memerlukan iringan musik. Begitu pula seni tari Islami, selalu
diiringi alunan musik sebagai penyemangat sekaligus sebagai sarana
perenungan. Lazimnya tarian-tarian ini dipraktikkan di daerah pesisir laut
yang pengaruh Islamnya kental, karena daerah pesisir merupakan tempat pertama
kali Islam berkembang, baik sebagai kekuatan ekonomi, sosial, budaya, dan
politik.
6. Seni Busana
Dalam agama Islam, ada jenis pakaian tertentu
yang menunjukkan identitas umat Islam. Jenis pakaian tersebut adalah sarung,
baju koko, kopeah, kerudung, jilbab, dan sebagainya.
The 10 best bitcoin gambling sites | Reviewed & Recommended
BalasHapusThe 바카라주소 best bitcoin gambling sites · 1. Red Dog Casino, 1x bet $1.10, 10% bonus up 해외배당흐름 to $250 · 2. Ignition Casino, $7.95, 리턴벳 10% bonus up 실시간 바카라 사이트 to $2,750 · 3. mBit Casino,