Banyak ahli yang mengemukakan berbagai prinsip belajar yang
harus diprtimbangkan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satu
ahli di antaranya adalah Bothwell (1968), yang mengemukakan sepuluh prinsip
belajar.
1.
Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses belajar dipengaruhi oleh kesiapan siswa. Yang
dimaksud dengan kesiapan atau readiness adalah kondisi individu yang
memungkinkan ia dapat belajar. Seorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan
suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan untuk menguasai kemampuan
yang diharapkan. Yang termasuk kesiapan adalah kematangan dan pertumbuhan
fisik, intelegensi, latar belakang, pengalaman, hasil belajar yang lalu, dan
faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.
Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan,
yang perlu diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran.
a. Seorang
individu akan dapat belajar dengan baik apabila tugas-tugas yang diberikan
kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat, dan latar belakangnya.
b. Kesiapan
belajar harus dikaji bukan diduga. Hal ini mengandung arti bahwa apabila
seorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan siswanya untuk mempelajari
sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan.
c. Jika
seorang individu kurang memiliki kesiapan untuk suatu tugas, tugas itu akan
ditunda sampai individu tersebut memiliki kesiapan untuk melaksanakan tugas.
d. Kesiapan untuk
belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan. Hal ini berarti bahwa siswa yang
memiliki kecerdasan yang sama mungkin memiliki pola kemampuan mental yang
berbeda.
e.
Bahan-bahan, kegiatan dan tugas, seharusnya divariasikan sesuai dengan faktor
kesiapan individu.
Berkaitan dengan prinsip kesiapan dalam belajar, dalam
memulai kegiatan pembelajaran guru hendaknya memberikan apersepsi. Apersepsi
berfungsi mempersiapkan kondisi belajar pada siswa. Melalui apersepsi guru
dapat menciptakan suasana siap mntal siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam menyiapkan siswa untuk belajar,
diantaranya adalah:
a. Mengaitkan materi
yang dipelajari dengan materi yang telah dikuasai siswa.
b. Memulai pembelajaran dari
hal-hal yang telah dikenal atau dikuasai siswa.
2.
Prinsip Motivasi (Motivation)
Motivasi adalah suatu kondisi pada diri individu yang
memprakarsai kegiatan mengatur arah kegiatan , dan memelihara
kesungguhan.individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi
kebutuhan biologis Yang perlu di perhatikan dalam pengembangan proses belajar :
a. kesungguhan.individu bukan hanya
didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologis,sosial dan emosional.
b. Pengetauan tentang kemajuan yang
dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha.
c. Rasa aman dan keberhasilan dalam
mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar.
Berkenaan dengan prinsip motivasi,dalam memebantu siswa
belajar, Guru hedaknnya mengembangkan kegiatan pembelajaran yang menarik dan
mempelihara perhatian siswa dserta sesui kebutuhan dan minat siswa.
Proses pembelajaran yang efektif, yaitu pembelajaran yang
memotivasi siswa akan memungkinkan pengesuan optimal dan memberikan pengalaman
yang berharga baik bagi siswa maupun bagi guru.
3.
Prinsip Persepsi
Presepsi adalah interpretasi tentang situasi hidup. Setiap
individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain.
Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
Siswa yang mempunyai presepsi positif terhadap kegiatan
belajar dan dirinya,mereka akan senang dan sungguh-sungguh belajar.
Berkenaan
dengan prinsip prepsi ini, berikut ini beberapa hal penting yang harus
diperhatikan:
a. Resepsi siswa terhadap Sesutu di
pengaruhi oleh factor lingkungan dimana siswa berada.
b. Penafsiran individu terhadap sesuatu
tergantung pada tujuan, sikap, pengalama, kesehatan, perasaan, dan kemampuannya
c. Cara seorang melihat dirinya
berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam suatu situasi seorang siswa cenderung
bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri.
d. Untuk membentuk presepsi yang tepat, siswa
dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan kepada mereka untuk menilai
dirinya sendiri. Perilaku yang baik tergantung pada persepsi yang cermat dan
nyata mengenai suatu situasi.
e. Kecermatan persepsi harus sering dicek.
Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklarifikasi persepsi mereka.
f. Tingkat pertumbuhan dan
perkembangan siswa akan mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya.
Dalam menumbuhkan persepsi yang positif baik terhadap
dirinya maupun terhadap kegiatan belajar, guru hendaknya :
a. Menciptakan iklim kelas yang
menyenangkan dan aman sehingga siswa merasa senang dalam belajar.
b. Mengorganisasi materi pelajaran dengan
memperhatikan tingkat kesulitan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencapai keberhasilan dalam belajar.
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
menarik sehingga siswa merasa senang dalam melaksanakan tugas belajar yang
diberikan.
d. Memberikan tugas atau kegiatan yang
menekankan pada kekuatan atau kelebihan siswa.
4.
Prinsip Tujuan
Tujuan adalah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh
seseorang. Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh siswa
pada saat proses belajar terjadi. Mengenai tujuan ini ada beberapa individu
yang perlu diperhatikan:
a. Tujuan seharusnya
mewadahi kemampuan yang harus dicapai.
b. Penetapan tujuan seharusnya
mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyrakat.
c. Siswa akan dapat
menerima tujuan yang dirasakan memenuhi kebutuhannya.
d. Tujuan guru dan siswa
seharusnya sama atau sesuai.
e. Aturan-aturan yang
ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi perilaku.
f. Tingkat keterlibatan
siswa mempengaruhi tujuan yang direncanakan dan yang hasil yang dapat dicapai.
g. Perasaan siswa mengenai
manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku.
h. Tujuan harus dirumuskan
dengan jelas dan dapat diterima oleh siswa.
Berkaitan dengan prinsip tujuan ini, untuk membantu siswa
berhasil dalam belajarnya, guru hendaknya merumuskan tujuan dengan
memperhatikan minat dan kebutuhan siswa. Apabila siswa melihat kesesuaian
antara minat dan kebutuhannya dengan tujuan yang dirumuskan, motivasi belajar
mereka akan meningkat.
5.
Prinsip Perbedaan Individual
Menurut prinsip ini, proses belajar yang terjadi pada setiap
individu berbeda satu sama lain. Perbedaan ini disebabkan oleh fisik maupun
psikhis. Berkaitan dengan perbedaan individual dalam proses belajar, ada
beberapa hal yang perlu diingat:
a. Para siswa harus
dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya
mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan yang berbeda-beda.
b. Para siswa perlu mengenal
potensinya dan seharusnya dibantu untuk merencanakan dan melaksanakan
kegiatannya sendiri.
c. Para siswa
membutuhkan variasi tugas, bahan, dan metode yang sesuai dengan tujuan, minat,
dan latar belakangnya.
d. Siswa cenderung memilih
pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalaman masa lalunya yang ia rasakan
berarti.
e. Kesempatan-kesempatan
yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat apabila individu tidak merasa
terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian
secara aktif dalam kegiatan belajar.
f. Siswa yang didorong
untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan
sungguh-sungguh.
Dengan adanya prinsip individual dalam proses belajar,
kegiatan pembelajaran seharusnya disesuaikan dengan kesanggupan individual
siswa. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam rangka
upaya memenuhi kebutuhan individu siswa adalah:
a. Melaksanakan kegiatan
kelompok, pengelompokan didasarkan atas kesanggupan siswa.
b. Memberikan tugas yang dapat
diselesaikan sesuai dengan kecepatan masing-masing individu.
c. Memberikan tugas
tambahan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran,
dan memberikan tugas pengayaan bagi siswa yang telah mampu menguasai materi.
d. Melaksanakan pembelajaran
proyek atau unit.
6.
Prinsip Transfer dan Retensi
Dalam proses belajar, seseorang dituntut untuk
menyerap dan menyimpan hasil belajar (retensi) serta menggunakannya
dalam situasi baru (transfer). Berhubungan dengan proses transfer dan
retensi, ada beberapa prinsip yang haru diperhatikan :
a. Tujuan belajar dan
daya ingat dapat memperkuat retensi.
b. Materi yang bermakna
bagi siswa dapat diserap lebih baik.
c. Retensi seseorang
dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikhis.
d. Latihan yang terbagi dalam
unit-unit akan memungkinkan retensi yang baik.
e. Penelaahan
bahan-bahan yang factual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi
dan nilai transfer.
f. Proses belajar
cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil
yang memuaskan.
g. Sikap pribadi, perasaan,
atau suasana emosi siswa dapat menyebabkan proses pelupaan pada hal-hal
tertentu.
h. Proses saling mempengaruhi
dalam belajar akan terjadi bila materi baru yang sama dipelajari mengikuti
materi sebelumnya.
i. Pengetahuan
tentang konsep, prinsip, dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat
diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubungkan penerapan prinsip yang
dipelajari dan dengan memberikan ilustrasi terhadap unsur-unsur yang sejenis.
j. Transfer hasil
belajar dalam situasi baru dapat lebih mudah bila hubungan yang
bermanfaat dalam situasi khusus dan dalam situasi yang dibuat agak sama.
k. Pembelajaran diakhiri
dengan pembuatan generalisasi atau kesimpulan.
Berkaitan dengan prinsip ini, guru seharusnya mengembangkan
kegiatan pembelajaran yang :
a. Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menerapkan kemampuannya dalam memecahkan permasalahan
sehari-hari.
b. Menunjukkan hubungan antara
konsep yang dipelajari dengan konsep lain.
c. Menggunakan berbagai
media pembelajaran sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi yang
dibahas.
7.
Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatakan proses pengenalan dan atau penemuan.
Belajar kognitif mencakup asosiasi antar-unsur, pembentukan konsep, penemuan
masalah, dan keterampilan memecahkan masalah.
Bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif adalah :
a. Perhatian harus di
pusatakan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses belajar
kognitif terjadi.
b. Hasil belajar kognitif akan
bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individu yang ada.
c. Bentuk-bentuk
kesepian, perbendaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan, dan pengalaman,
berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.
d. Pengalaman belajar harus
diorganosasikan ke dalam setuan-satuan atau unit-unit yang sesuai.
e. Bila menyajikan
konsep, kebermaknakan dari konsep amatlah penting. Kegiatan mencari,
menerapkan, mendefinisikan, dan menilai sangatlah di perlukan untukmenguji
bahwa suatu konsep benar-benar bermakna.
f. Dalam pemecahan
masalah para siswa harus di bantu untuk mendifinisikan, dan membatasi linkup
masalah, menemukan informasi yang sesuai, menasirkan dan menganalisis masalah
serta memungkinkan berfikir menyebar.
g. Perhatian yang lebih
terhadap proses mental daripada terhadap hasil belajar, akan lebih memungkinkan
terjadinya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis, dan penalaran.
Untuk
membantu siswa berhasil dalam proses belajar kognitif, guru hendaknya :
a. Mempertimbangkan
latar belakang dan lingkungan siswa dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran.
b. Mengaitkan materi yang di
pelajari dengan hal-hal yang pernah, sedang, dan akan di alami siswa baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
c. Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan suatu
permasalahan.
8.
Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia
menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai,
emosi, dorongan, minat, dan sikap.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
belajar afektif :
a. Hampir semua situasi
kehidupan mengandung aspek afektif.
b. Cara siswa menyesuaikan
diri dan memberikan reaksi terhadap situasiasi akan member dampak dan pengeruh
terhadap proses belajar afektif.
c. Nilai-nilai yang
penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang
hayat. Nilai, sikap, dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat pada
keseluruhan proses perkembangan.
d. Sikap dan nilaisering
dibentuk melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan sebagai hasil
belajar langsung.
e. Sikap lebih mudah
dibentuk melalui pengalaman yang menyenangkan.
f. Nilai-nilai yang ada
pada diri individu di pengaruhi oleh standar prilaku kelompok.
g. Proses belajar disekolah
dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat, iswa yang memiliki kesehatan
mental yang baik akan dapat belajar dengan mudahdaripada yang memiliki masalah.
h. Belajar afektif dapat
dikembangkan atau di ubah melalui interaksi dengan guru dalam kelas.
i. Siswa dapat
dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami
sikap, peranan, dan emosi.
Berkenaan dengan proses belajar afekti ini, guru hendaknya
melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan terbentuknya kemampuan afektif
siswa, seperti : kegiatan yang mempersyaratkan siswa bekerja sama, memecahkan
masalah secara mandiri.
9.
Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor menentukan bagaimana individu
mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor menuntut keaktifan
aspek mental dan fisik.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam belajar psikomotor, adalah :
a. Pelaksanaan tugas
dalam suatu kelompok akan menunjukan variasai dalam kemampuan dasar psikomotor.
b. Struktur ragami dan sistem
syarat individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotor.
c. Melalui bermain dan
aktifitas informal, siswa akan memperoleh kemampuan mengontrrol gerakannya
lebih baik.
d. Dengan kematangan fisik dan
mental, kemampuan siswa untuk memadukan dan memperluas gerakannya akan lebih
dapat diperkuat.
e. Faktor-faktor
lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan
psikomotor individu.
f. Penjelasan yang baik,
demonstrasi, dan partisipasi aktif siswa dapat menambah efesiensi belajar
psikomotor.
g. Latihan yang cukup yang
diberikan dalam rentang waktu tertentu dapat memperkuat proses belajar
psikomotor.
h. Tugas-tugas psiomotor yang
terlalu sukar bagi siswa dapat menimbulkan frustrasi dan kelelahan yang tepat.
Dalam kegiatan pembelejaran guru hendaknya melekukan hal-hal berikut :
a. Memberikan petunjuk
secara verbal tenteng langkah-langkah yang harus ditempuh siswa untuk mengusai
suatu keterampilan.
b. Mengunakan gambar atau demonstrasikan
gerakan-gerakan atau kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam
menguaai keterampilan.
c. Memberikan latihan
yang cukup karena keterampilan motorik menunutut latihan yang bertahap. Tingkat
kelenturan, kecepatan, dan ketepatan gerakan hanya dapat dicapai melalui
latihan yang berulang-ulang.
10. Prinsip
Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat
ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, jenis, cakupan dan validitas evaluasi
dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya. Pelaksanaan
kegiatan evaluasi memungkinkan siswa untuk mengetahui kemajuan dalam pencapaian
tujuan. Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan evaluasi yang perlu
diperhatikan dalam merancang pembelajaran:
a. Evaluasi member arti
pada proses belajar dan member arah baru pada siswa.
b. Bila evaluasi dikaitkan
dengan tujuan maka peran evaluasi menjadi sangat penting bagi siswa.
c. Kegiatan evaluasi
yang dilakukan guru dapat mempengaruhi keterlibatan siswa dalam evaluasi dan
belajar.
d. Evaluasi terhadap kemajuan
pencapaian tujuan akan lebih mantap jika guru dan siswa saling bertukar dan
menerima pikiran, perasaan, dan pengamatan.
e. Kekurangan atau
ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam melayani siswa.
f. Kelompok teman sebaya
berguna dalam evaluasi.
Berkaitan dengan prinsip evaluasi, guru hendaknya
melaksanakan kegiatan evaluasi secara menyeluruh, tidak hanya pencapaian hasil
belajar tetapi juga proses belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar